Laman

Senin, 09 Juli 2012

Mengenal Setyawan Tiada Tara



Luar Dalem Tentang Setyawan Tiada Tara
Doi, sesuai pengakuannya , lahir di Jogja, 11 Januari 1973 , kayak tanggaln ya Indosiar ya??? Dengan nama asli Setyawan Eka Rahmanta. Biasa dipanggil Set atau Tya atau Wan. Atau terserah kamu-kamu memanggilnya. Tapi yang jelas lulusan S1 Teknik Sipil UII Jogja ini nengok kalau dipanggil. Doi udah ada bakat melucu sejak kecil. Terlahir di Rumah Sakit Panti Rapih (bukan Panti Pijat­—Red), kemudian besar dan berkembang di Semaki Kulon UH I / 292 Jogjakarta. Cowok muslim penggemar sate ayam minus kandangnya ini makin ketahuan bakatnya ketika masuk SD Negeri Tukangan I Jogjakarta. Di Sekolah Dasar ini bakat lucunya mendapat ruang yang lebih luas, seluas 7 x 9 meter. Dari sinilah doi mulai berani tampil di depan umum meski sekedar sebagai protokol upacara, yang pernah dimarahin gurunya karena suaranya kekecilan sehingga Komandan upacaranya salah melakukan tugasnya, he he he...Tapi satu kelebihan yang dimilikinya, yakni doi ga’ pernah tinggal kelas meskipun lucu. Malah dapet rangking terus-terusan.
SMP BOPKRI I Jogjakarta adalah kelucuan doi yang lain. Punya NEM tinggi tapi keliru daftar sekolah negeri, padahal saat itu nggak ada sistim lemparan. Akhirnya doi berada di SMP ini. Meski begitu doi nggak patah arang, buktinya doi mampu membuktikan bahwa doi bisa menjadi kebanggaan orang tuanya, dengan memegang predikat sebagai Peraih NEM Tertinggi Se-BOPKRI di DIY. Dengan modal ini akhirnya doi bisa melanjutkan sekolah di negeri, yakni SMA Negeri 6 ( 6 Che). Doi semacam mendapat pencerahan karena di sekolah ini doi bisa bertemu Bimo Widodo (Bimo Berhati Nyaman—Red), seseorang yang pedenya bukan alang-kepalang. Juga ketemu Eko Saptono Windianto (sekarang jadi guru) dan Hari Waluyo (Harry Selalu Di Hati—Red). Dari teman-teman inilah doi mendapat kekuatan baru untuk melanjutkan bakat melucunya kembali. Doi kemudian mengajak beberapa temen yang lain yang juga lucu-lucu untuk membuat sebuah grup pelucu: Hari, Eko, Bimo, Cindhil, Ikhwan, Fikri… Doi juga mengajak adik kandungnya sendiri, Tony, untuk terlibat dan memperkuat kelucuan grup ini. Pertama-tama mereka melucu di kantin sekolah, lalu warung Pak Pur (Alm.), kelas-kelas, kantor kepala sekolah dan wakasek urusan siswa, pentas-pentas seni sekolahan, lalu melebar: tanggapan agustusan di kampung temen, lomba-lomba de el el. Pokoknya dalam waktu singkat Kelompok NamChe, nama kelompok doi tersebut, mulai dikenal publik yang lebih luas. Lulus SMA kelompok ini makin meraja. Tapi dalam perjalanannya label NamChe buat doi dan teman-temannya dianggap terlalu sempit dan beraura fanatisme yang ga’ menguntungkan di dunia hiburan dan akhirat. Maka ajakan seorang temen yakni Kelik Pelipur Lara untuk bikin grup baru doi terima dengan seneng hati. Doi kemudian menasional dengan bendera ELBEHA (Lembaga Bantuan Humor), sebuah yayasan nirlaba yang bergerak di bidang peningkatan kebahagiaan masyarakat Indonesia seutuhnya. Sepanjang tahun 1997 – 1999 doi dan rombongannya mulai keluar masuk televisi dan panggung-panggung hiburan yang berwibawa di negeri ini.
Akhirnya demi kebaikan ELBEHA dan masing-masing personelnya supaya bisa berkembang lebih baik lagi, Setyawan, Tony, & Bimo menyatakan diri keluar dari Elbeha pada tahun 1999. Dalam perjalanan waktu dan dukungan dari Mas Dodi (Indosiar) dan juga teman-teman tim PESTA Indosiar serta dukungan para pelawak Jogja maka lahirlah Plat AB pada tanggal 9 April 2000. Alhamdulillah dengan bendera Plat AB inilah doi dan teman-temannya bisa kembali ikut menyemarakkan dunia hiburan di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar